By: Sahabat
Perikanan
Kampus sekarang bukan
lagi tempat yang nyaman dan ramah untuk menggali konsep keilmuan, kampus lebih
menampakan keangkeran bagi kaum aktivis. Kebijakan-kebijakan kampus yang
ekstrim membuat mahasiswa harus mematuhi aturan main yang telah dibuat.
Keberadaan kampus sebagai basis gerakan mahasiswa semakin menghilang akibat
sistem komersialisasi dan kapitalisasi yang melanda dunia pendidikan. Akibat
pendidikan mahal, mahasiswa harus berfikir pragmatis, bagaimana harus cepat
lulus supaya beban biaya tidak semakin melonjak besar. Banyak kalangan
mahasiswa bahkan sebagian aktivis menanggalkan fungsi mereka sebagai agent of
change. Mereka semakin apatis, lebih mengikuti jalan lurus supaya tak terkena
penyakit kuliah lama atau paling ngeri lagi terkena droup out.
Segala dimensi
kehidupan ini sudah menjadi mahal tak ada yang gratis lagi, tak hanya kebutuhan
dasar manusia seperti air, bahkan sekarang manusia pun bisa dijual. Karena
semua sudah komersil dan menjadi komoditas. Relasional manusia tak diukur lagi
dengan solidaritas, kesamaan rasa, dan kekuatan jiwa melainkan oleh materi dan
prestis. Berbeda dengan tempo dulu bagaimana solidaritas kaum terjajah, rasa
dan kekuatan jiwa membentuk kesadaran untuk hidup bersama sebagai bangsa, yang
biasa disebut oleh Benedict Anderson sebagai imajined communities. Pergeseran
landasan filosofi hidup dari berdiri sama tinggi, duduk sama rendah ataupun
seperti ungkapan makan tidak makan asal kumpul, menjadi menguasai dan dikuasai,
menindas dan ditindas, membunuh dan dibunuh ataupun sahabat makan sahabat.
Mahasiswa semakin
terjepit oleh beban hidup yang ia tanggung, disatu sisi ia harus tetap menjaga
idealisme gerakan sebagai pembela rakyat, disisi lain ia harus bertarung
mati-matian dengan beban kuliah, tanggung jawab terhadap orang rumah, kebutuhan
hidup sehari-hari demi sesuap nasi dan air sekendi. Pergulatan terhadap
realitas ini menjadi sesuatu yang rumit dan sulit untuk dihindari, sehingga
hanya mahasiwa yang punya energi kuat dan ketahanan mentalah yang akan tetap
eksis digaris perlawanan yang tetap setia membela kepentingan rakyat,
sebaliknya bagi yang tak kuat menahan pergulatan ini bisa jadi akan terlempar
dari lingkungan pergerakan sehingga ia harus kalah dengan realitas hidup.
Gerakan mahasiswa masih
bisa dirasakan dibagian timur negeri ini, mahasiswa disana seperti memiliki
energi yang tidak pernah habis untuk menentang hal-hal yang mereka anggap merugikan
dan menindas masyarakat. Tapi sayangnya terkadang mereka sering mengalami
gesekan dengan masyarakat itu sendiri. Sering terjadi bentrokan antara
masyarakat dan mahasiswa. Terkadang ada dugaan hal ini memang sengaja
diskenario untuk mematikan ruang gerak gerakan tersebut. apapun alasannya hal
ini dapat menghilang rasa simpati dari masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar