Powered By Blogger

Sabtu, 07 Juni 2014

SELAYANG PANDANG PMII




Manusia sebagai makhluk individu adalah sekaligus sebagai makhluk sosial. Dalam peran kita sebagai makhluk individu pastilah ada target, harapan, dan cita-cita yang kita bangun sedari kita menapakkan kaki di bumi kampus Undip ini. Semangat untuk merasakan aroma kompetisi di ranah akademik akan senantiasa kita tumbuhkan dalam menyongsong kehidupan yang lebih baik.
Di sisi lain, kita pasti menginginkan agar hidup kita ini bisa seoptimal mungkin bermanfaat bagi orang lain. Begitulah hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang seharusnya memiliki semangat altruistik kepada individu lainnya. Jika kedua rangkaian ini mampu bersinergi dan berjalin sejalan, alangkah harmonisnya tatanan tersebut. Yakni mahasiswa yang mampu menyiapkan bekal untuk menghadapi tantangan bagi dirinya di masa depan, sekaligus secara otomatis mampu dan mau untuk menjadi sebaik-baik manusia dengan memberikan manfaat pada orang lain. Tak sekedar mempelajari literatur yang ada secara tekstual, tapi belajar untuk melakukan emansipasi (pembebasan) pada alam pikir kita. Yang pada akhirnya, selain kita mampu menggapai cita kita, sekaligus memberikan sumbangsih bagi peradaban.
Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII yang merupakan sublimasi antara nilai-nilai ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an dalam bingkai Aswaja telah memberi fondasi kerangka pikir kepada kader PMII dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai ke-Islam-an tersebut seperti: kemerdekaan (Al-khurriyah), persamaan (Al-musawah), keadilan (Al-’adalah), toleransi (Tasamuh), dan perdamaian (As-sulh). Sedangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an diejawantahkan dengan kesadaran atas keberagaman suku, agama, dan ras, beribu-ribu pulau, dan khasanah kebudayaan tiada tara.
Implementasi dari NDP PMII dalam tataran dunia akademik sangatlah relevan dengan konteks dan situasi kebhinekaan yang ada. Aswaja membantu umat Islam untuk mendekonstruksi sekaligus merekonstruksi bentuk-bentuk ajaran agama yang emansipatif yakni toleran, humanis, anti-kekerasan, dan kritis-transformatif. Dengan tidak hanya berkutat pada tekstualisasi Qur’an dan Hadist, tetapi juga memandang konteks (Asbabun Nuzul) di bidang budaya, sosial, dan politik yang ada, tentu akan menghindarkan seseorang dari taqlid buta.
Kekayaan khasanah inilah yang membedakan PMII dengan organisasi mahasiswa lainnya. Kebebasan berpikir dan berpendapat sangat dihargai. Cakrawala pengetahuan secara bersama-sama akan kita elaborasi secara mendalam. Karena sejatinya pengetahuan tak ubahnya adalah sebuah alat. Ketika alat tersebut mampu memberikan manfaat kepada manusia, maka ilmu itu akan dipakai untuk menganalisis sebuah fenomena. Jika tidak memberi manfaat atau justru membuat dominasi pada sebagian besar umat manusia, maka alat itu harus mundur teratur dalam menjawab tantangan zaman. Pengetahuan yang tidak kontekstual lambat alun akan serentak ditinggalkan oleh semangat zaman. Dunia ini tidaklah hitam dan putih. Maka dogma dan upaya pembenaran mutlak atas nama apapun secara berlebihan menjadi suatu hal yang perlu ditinjau ulang dalam upaya melihat visi ke depan. Hubungan horizontal dan vertikal seperti gambaran di atas menjadi pilihan sikap PMII. Hablun min Allah dan Hablun minan naas menjadi dua hal yang harus berjalan beriringan secara teratur.
Mari melangkah bersama. Merangkul segala perbedaan & keberagaman dalam suatu jalinan persahabatan-kekeluargaan, karena keduanya adalah rahmat & potensi yang diberikan Allah.
Mari bersama-sama menapaki sisi lain dari dunia mahasiswa yang penuh warna ini















PMII : Berasas Pancasila
               Berfaham Ahlussunah Wal Jama`ah

               Bermotto Dzikir, Fikir, Amal sholeh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar